DR. MOHAMMAD HATTA

DR. MOHAMMAD HATTA



HATTA , menyebut namanya tentu saja orang akan teringat sosok pria sederhana salah satu founding father bangsa ini. Jaman aku sekolah dulu (baca-jaman orde baru) pengetahuan tentang Bung Hatta hanya sebatas bahwa beliau adalah salah seorang proklamator, barulah setelah orde baru berganti dengan orde yang entah apa namanya aku baru bisa dapat banyak bacaan, utamanya tentang siapa beliau, bagaimana pandangan hidupnya dan kisah-kisah lain tentang keberadaannya di bumi Indonesia ini. Setelah itu muncul kekaguman yang mendalam akan sosok beliau, sosok yang sederhana, cerdas, bijaksana, disiplin, dan sangat mencintai buku dan ilmu pengetahuan.


lahir di Bukit Tinggi 12 Agustus 1902, hidupnya bagaikan satu putaran matahari, lahir saat adzan subuh menggema dan meninggal saat azan maghrib mengumandang. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk rakyat dan kemerdekaan negerinya. Berbagai penjara dan tanah pembuangan telah dicicipinya demi mewujudkan impian tanah Indonesia bebas dari penjajahan. Ide-ide tentang ekonomi kerakyatan dan sosialis-me adalah buah dari ketajaman pikirannya, salah satunya adalah pendirian koperasi yang sayangnya hari ini banyak disalahgunakan menjadi alat untuk memperkaya diri sendiri.


HATTA dan buku adalah satu kesatuan. Ada yang bilang istri pertama Hatta adalah buku, istri keduanya buku dan istri ketiganya barulah Rahmi. Sebagai bukti betapa berharganya buku bagi Hatta adalah bahwa mas kawin yang dipersembahkannya untuk Ratmi, gadis 19 tahun yg nilamarkan Soekarno untuknya, adalah sebuah buku tentang filosofi Yunani yang baru saja diselesaikannya. Memang, bagi Hatta buku jauh lebih berharga dari emas dan permata. Satu-satunya warisan yang ditinggalkannya adalah 60 ribu judul buku. Hatta akan sangat berang apabila ada orang merusak buku-buku koleksinya bahkan hanya sekedar membasahi atau melipat salah satu halamannya. 



HATTA yang hidup bagaikan seorang sufi dan dijuluki Gandhi dari Indonesia, memang hidup penuh dengan kesederhanaan. Setelah mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden beliau dan keluarganya hanya hidup dari uang pensiunan sebesar Rp. 3000 (sebelum naik menjadi Rp. 5000) sebulan. Uang tambahan didapatkannya dari honor menulis artikel atau buku, sebagian lagi adalah dari sumbangan kawan-kawannya. Menolak tawaran menjadi komisaris beberapa perusahaan dalam dan luar negeri dengan alasan takut perjuangannya atas nama rakyat tidak akan murni lagi, itulah si Bung yang tetap sederhana, rapi dan berdisiplin tinggi (saking disiplinnya akan waktu, beliau pernah dijadikan jam oleh para petani pala di Banda Neira). Namun kesederhanaannya itu pula yang mebuatnya tetap menjadi panutan banyak orang dan seharusnya menjadi contoh moral bagi pemimpin kita di masa sekarang dan masa depan. Karena Hatta adalah Jejak-jejak yang melampaui Zaman.

(foto diambil dari majalah Tempo)